FAJAR.CO.ID, WATAMPONE -- BMKG menempatkan empat stasiun pendeteksi gempa di Bone. Wilayah Bone dilewati dua patahan aktif.
Kabupaten Bone juga memiliki catatan riwayat gempa. Pernah terjadi di Kecamatan Ulaweng pada 8 April 1993 dengan kekuatan 5,3 SR. Untuk itu Badan Penangggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menempatkan empat stasiun pemantau.
Meski tidak banyak dokumen yang menjelaskan riwayat gempa yang terjadi di kabupaten Bone, tetapi Bone dilewati dua patahan aktif. Yaitu sesar Palu Koro yang berujung di Teluk Bone dan Sesar Walanae yang melintasi Bone Selatan.
Khusus Sesar Walanae, saat ini sedang menjadi perhatian para ilmuwan. Merupakan salah satu sesar aktif dengan potensi gempa cukup besar. Wilayah yang di lewati Sesar Walanaeterdapat dua bendungan besar, yaitu Bendungan Salomeko dan Bendungan Ponre-ponre.
"Daerah yang dilewati patahan aktif, semua bangunan publik harus mengadopsi sistem anti gempa, termasuk rumah penduduk," kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bone Dray Vibrianto, Minggu, 17 Januari.
Kata Dray, untuk mendeteksi terjadinya gempa, BMKG telah membangun stasiun pemantau yang berada di Kecamatan Amali, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Tonra, dan Kelurahan Lonrae. "Keberadaan stasiun pemantau sangat vital dan berfungsi sebagai peringatan dini," bebernya.
Dray menambahkan, dengan keberadaan stasiun stasiun tersebut mempermudah proses mitigasi dan penyiapan protokol kedaruratan bencana. "Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah komitmen kita bersama untuk selalu menjaga alam agar bisa meminimalisir dampak bencana," jelasnya.