Dokter H Ahmadi Nur Huda, SpKJ, Psikiater Sekaligus Pendiri Pondok Pesantren

  • Bagikan

Manajemen Waktu

Di dalam mengatur waktu, Ahmaditerbiasa bangun untuk salat malam, kemudian salat subuh berjamaah dengan santri, lalu mengaji. Terkadang berolahraga baru kemudian salat subuh berjamaah, atau salat subuh berjamaah dahulu baru berolahraga. Untuk olahraga, Ahmadi suka berlari-lari kecil, senam, terkadang sendiri, terkadang bersama-sama istri.          

Pagi hari, Ahmadi berangkat ke RSISA atau RSJ untuk membimbing koas, sering pulang sampai sore. Kalau ada kesempatan, beristirahat sejenak, tapi sering langsung
buka praktik di rumah. Salat maghrib berjamaah, praktik lagi sampai selesai pasien, lalu sholat berjamaah dengan santri. Jika masih ada tugas, diselesaikan, kemudian beristirahat.  Dokter Ahmadi berpesan agar para mahasiswa kedokteran senantiasa bersemangat belajar, lebih baik belajar tiap hari, tidak hanya belajar menjelang ujian. Selain harus belajar dari buku-buku/referensi, penting juga belajar dari pengalaman, kehidupan, pasien, dan keluarga pasien. Perlakukanlah pasien (dan keluarganya) secara wajar dan manusiawi. (dr Dito Anurogo MSc – Dosen FKIK Unismuh Makassar, Penulis Puluhan Buku Berlisensi BNSP, Dokter Rakyat di Kampus Desa Indonesia)

Riwayat Hidup Singkat

 
Nama: Dr. H. Ahmadi, NH, Sp.KJ.

Tempat, Tanggal lahir: Semarang, 4 April 1963. 

Wafat: Semarang, Jumat, 10 Juli 2020

Status: menikah. 
Istri: Siti Maesaroh, AH., S.H.I., M.H. 
Putera/i: Azif Zhilal Fauqi dan Hilwa Qanita Almazia. 
Alamat rumah: JL. Kyai Morang Raya No.28 Penggaron Kidul, Pedurungan, Semarang.

  • Bagikan