Doa Wadas

  • Bagikan
Salah satu video peristiwa ketegangan di Desa Wadas yang terekam kamera. (Tangkapan Layar)

Oleh: Dahlan Iskan

SAYA digugat. Lewat WA: “Disway saya tuntut harus memuat WA saya ini,” katanya.

Yang menggugat: Nicky, yang satu mobil bersama saya, istri, dan Kang Sahidin ke acara Imlek di Tuban dua hari lalu. Yang di Disway edisi kemarin ditulis positif Covid-19.

Ternyata Nicky sudah negatif Covid. Cepat sekali sembuh. Bahkan sebelum merasakan gejala apa pun. Artinya: relawan Vaksin Nusantara itu hanya satu hari berstatus positif.

Istri saya juga lega –meski telanjur PCR dan hasilnya negatif. Demikian juga Kang Sahidin. Saya tidak sempat PCR karena langsung menghadapi tekanan perjalanan. Termasuk ke istri almarhum Margiono untuk urusan keluarga yang ditinggalkan.

Ya sudah. Pokoknya aman –sementara ini.

Gugatan lain lebih menyulitkan saya: juga dari pembaca Disway. Isi gugatan: saya harus menulis heboh desa Wadas, di Purworejo itu.

Ampuuuuun. Mengapa sih Wadas ini meledak sekarang? Kok tidak sabar menunggu berdirinya Disway Purworejo atau Disway Wonosobo? Agar saya bisa menugaskan mereka untuk melihat persoalan sebenarnya?

Begitu serius? Sampai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bikin pernyataan? Sampai salah seorang putri Gus Dur ikut serta?

Saya pun harus menghubungi banyak pihak. Agar informasinya lengkap. Juga berimbang. Tapi tetap saja tidak bisa selengkap kalau ke sana sendiri.

Saya memang beberapa kali ke pegunungan di Purworejo itu. Juga ke pegunungan di tetangganya: Wonosobo. Di kawasan itu banyak petani yang memelihara kambing etawa. Yang telinganya menjuntai indah sampai ke bawah: bisa lebih 30 cm. Peternak etawa bisa hidup dari susunya: bisa 3 liter sehari, asal makanannya tepat.

  • Bagikan