Oleh karena itu gelaran Mattompang Arajang ini seyogyanya tidak menjadi ritual tahun semata, tetapi lebih pada momen merefleksikan nilai-nilai sejarah kelahiran dan kebangkitan Bone melalui ragam local wisdom yang dimiliki.
Hadir pula Bupati dan Walikota serta anggota legislatif dari berbagai daerah di Indonesia termasuk dari Kalimantan dan para Saudagar Bugis.
Selain itu hadir seluruh pimpinan Forkopimda Bone, Pimpinan OPD, Camat, Kepala Desa Lurah se-Kabupaten Bone, Pimpinan Perguruan Tinggi, Tokoh masyarakat, Tokoh Pemuda, Tokoh Agama, Pelajar, Kalangan pendidik, Pimpinan BUMN/BUMD, Lembaga Vertikal, dan lainnya.
Sekadar diketahui, Mappepaccing Arajang dilaksanakan oleh para Bissu atas restu sang raja atau Mangkau di dalam ruangan tempat penyimpanan Arajang tersebut.
Upacara adat Mattompang Arajang atau biasa juga disebut Masossoro Arajang rutin dilaksanakan setiap tahunnya bertepatan dengan hari jadi Bone.
Upacara adat sakral tersebut merupakan menyucikan benda-benda pusaka kerajaan Bone yang disebut Mappepaccing Arajang atau dalam istilah Pangadereng RILANGIRI dan secara khusus disebut MASSOSSORO ARAJANG (mattompang).
Yang dimaksud dengan arajang adalah benda atau sekumpulan benda yang sakral karena memiliki nilai magis dan pernah digunakan oleh para raja atau pembesar kerajaan. Benda-benda tersebut disimpan secara khusus dan sangat dihormati.
Mattaompang Arajang atau Massossoro Arajang Pertama kali dilaksanakan, yaitu setiap sang raja telah menggunakan pusaka-pusaka tersebut, maka sang raja menyuruh para pembantunya untuk membersihkan atau menyucikannya kembali.