Ketua IKADI Makassar Sebut Doktrin Radikalisme Adalah Hasil Pola Belajar yang Salah

  • Bagikan

Lantas bagaimana cara masyarakat yang baru ingin belajar Islam menemukan guru yang benar yang membawanya ke jalan Islam sesungguhnya?

Hadi menjelaskan, semua lini masyarakat dalam pembinaan agama harus dimonitoring oleh pihak terkait baik itu RT/RW hingga struktur paling atas sekalipun. Harus ditekankan doktrin kekerasan terhadap sesama manusia bahkan makhluk tuhan lainnya tidak diajarkan dalam paham agama manapun.

Ia menilai, doktrin ini adalah hasil dari pola belajar yang salah. Merasa sudah mendapat ilmu dari satu orang akhirnya tidak mau lagi belajar dengan orang lain, sehingga gampang terdoktrin seperti ini.

"Kemudian ia lantas menelan bulat-bulat yang dikiranya sudah benar. Padahal sesat, dan bertentangan dengan agama yang dianutnya serta bertolak belakang dengan rasa kemanusiaan," jelas Hadi.

Memang, lanjut Hadi, semangat anak muda yang bukan basic pesantren, terkadang saat dia mengenal girah untuk belajar agama, malah semangatnya yang didahulukan tanpa mau menimba ilmu-ilmu dasar.

Padahal Islam adalah agama fleksible. Jika tidak bisa salat berdiri dibolehkan duduk. Kalau tidak bisa salat duduk, silahkan berbaring. Tidak kaku. Islam agama rahmatan lil alamin. Jangan keliru memahami agama.

"Kebetulan pelaku bom bunuh diri ini ber-KTP Islam, tapi tidak semuanya teroris itu islam. Waktu kejadian teror di New Zealand kan bukan Islam. Jadi jangan sampai kita mau diadu domba dengan identitas agama. Tidak boleh. Kita harus menjaga kerukunan dan toleransi," tekan Hadi yang juga Sekretaris MUI Cabang Kecamatan Biringkanaya itu.

  • Bagikan