Porang dan Syahar

  • Bagikan

oleh Mulawarman
Jurnalis, Alumni FE Unhas

Porang mendadak tenar. Tanaman jenis umbi-umbian yang dulunya banyak tumbuh liar di pekarangan atau di perkebunan, hanya dipandang sebelah mata. Terlebih lagi tanaman ini mengandung racun. Banyak orang menghindarinya.

Namun, setelah Syaharaddin Alrif, petani Porang asal Sidrap, sukses menggarap dan menjualnya ke mancanegara hingga untung berlipat, naiklah komoditas ini. Bukan hanya di Sulsel, bahkan popularitasnya menggema hingga ke seluruh provinsi di Indonesia.

Tak tanggung-tanggung orang nomor satu di negeri ini pun, Presiden Jokowi, turut mengapresiasi prospek komoditas petani satu ini. Disebutnya sebagai makanan masa depan; dan mengintruksikan kementerian pertanian untuk serius menggarapnya.

Mentan Syahrul Yasin Limpo dan rombongannya pun sampai berkunjung ke lokasi kebun Porang milik Syahar yang ada di Sidrap. Kementan pun menetapkan dalam rencana kerjanya, porang sebagai mahkota pertanian masa depan dengan potensi ekspor besar.

Bila ditelusuri di internet berita tentang porang sebetulnya sudah cukup menyebar lama. Menteri Pertanian yang dulu Amran Sulaiman pun pernah menyebut potensinya di tahun 2019. Hanya saja tidak lantas tersebar luas ke masyarakat.

Namun baru setelah Syahar dan berkat dukungan dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, membuat komoditas ini menjadi sangat populer di media massa dan di seluruh masyarakat di Indonesia. Hal itu jelas didukung oleh kapasitas dan pengalaman yang dimilikinya.

Bukan Petani Biasa

Karena itu dapatlah kita sebut popularitas porang di Sulsel tidak dapat dilepaskan dari sosok Syahar yang saya sebut bukan petani biasa. Predikat bukan petani biasa ini menunjuk pada dua jabatannya yang melekat kepadanya sekaligus, yaitu sebagai Pimpinan DPRD Sulsel, dan Sekretaris DPW NasDem Sulsel. Petani bukan sembarang petani.

  • Bagikan