Dai Harus Jujur Membuka Perbedaan Pendapat Ulama

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Mengapa masih banyak masyarakat yang ngotot mengharamkan hal-hal yang sebenarnya masuk dalam ranah khilafiyah (perbedaan pendapat ulama)? Itu karena mereka ikut-ikutan pada dai yang pengetahuannya masih minim.

Dai seperti ini umumnya hanya mengungkapkan pendapat dari satu golongan atau bahkan satu ulama saja. Bisa saja dia tidak tahu kalau ada ulama lain yang memiliki pendapat berbeda dengan landasan dalil yang sama kuatnya. Atau pun kalau dia tahu, dia menyembunyikan pendapat ulama tersebut karena tidak sepaham dengannya.

"Jenis dai seperti ini jumlahnya banyak. Bahkan ada yang populer dan memiliki banyak pengikut," kata Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar, Dr Saprillah saat berbincang dengan Fajar, di ruang kerjanya.

Akibat dari fenomena ini pun sungguh menyedihkan. Pria yang akrab disapa Pepi ini mengungkapkan, dari hasil survei penguatan kebangsaan, sekitar 60 persen responden siswa muslim yakin haram mengucapkan selamat untuk hari raya agama selain Islam.

Survei tersebut melibatkan ribuan siswa yang berada di bawah regional balai yang meliputi Kalimantan Timur-Utara, Sulawesi, Maluku dan Papua. "Itu hasil survei beberapa tahun lalu. Kami belum update lagi. Tapi itu sudah menggambarkan bagaimana pengaruh dakwah dari para dai yang hanya memaksakan satu pendapat saja dan mengabaikan pendapat ulama yang lain (yang membolehkan)," sambungnya.

Untuk ucapan Selamat Natal, kata dia, para peneliti balai seringkali dikejutkan jika vonis haram itu disampaikan oleh dai yang mengaku lulusan Universitas Al Azhar, Mesir. Bagaimana tidak, grand syekh Al Azhar sendiri seringkali menyampaikan selamat natal di akhir tahun untuk umat Kristiani.

  • Bagikan