Cerita Mahasiswa Indonesia Jalani Puasa di Jepang, Tahan Lapar Hingga 16 Jam

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Hikmah Tahir (39) telah menjalani empat kali bulan ramadan di negara Jepang.

Ia, telah empat tahun menjalani pendidikan doktornya di negeri sakura tersebut.

Lulusan S2 UGM itu, saat ini melanjutkan pendidikan S3-nya di Universitas yang terletak di Prefektur Aichi, Nagoya, Jepang.

Meski jauh dari Indonesia, Hikmah mengaku tetap menjalani hari-harinya dengan santai, terlebih dia sudah bisa menyesuaikan dengan budaya yang ada di Jepang.

Hikmah menjelaskan, awalnya memang butuh penyesuaian untuk hidup di Jepang, terlebih negara matahari terbit itu memiliki empat musim, jauh berbeda dari Indonesia, yang hanya memiliki dua musim saja.

"Kalau disini itu, rata-rata bulan puasa selalu masuk musim panas, dengan suhu rata-rata 27 sampai 42 derajat," ujarnya, Minggu (24/4/2022).

Kata Hikmah, saking panasnya, beberapa kali ia sempai mimisan, bahkan beberapa temannya ada yang sampai jatuh pingsan.

Apalagi katanya, saat memasuki musim panas, waktu berbuka di Jepang menjadi lebih panjang, yaitu sekitar 16 jam sehari.

"Memang panas sekali, suara ambulans itu sering terdengar di musim panas. Jadi biasanya saya dan teman-teman menghabiskan waktu di kampus, karena disana ada pendingin ruangan (AC)," terangnya.

Namun di bulan puasa kali ini, Jepang memasuki musim semi, sehingga suhu tidak se-ekstrim biasanya.

Ditanyai soal perbedaan saat melakukan ritual agama, Hikmah menjelaskan, saat ini mahasiswa muslim di Nagoya yang tidak hanya dari Indonesia, tapi juga negara-negara lain.

Seperti Uzbekistan, Turki, Palestina, Bangladesh, Sudan, Somalia bersama-sama beribadah Ramadhan.

  • Bagikan